“Industrial engineering
is concerned with the design, improvement and instalation of integrated system
of people, information, equipment, and energy. It draws upon specialized
knowledge and skills in the mathematical, phisical and social sciences, togethe
with the principles and methods of analisis and design to specify predict and
evaluate the results to be obtained from such system” (Institute of Industrial Enginereeng - IIE)
ARAH PERKEMBANGAN
Dalam sejarah disiplin teknik industri, setudi telaah kerja yang dilakuakn
oleh Taylor dan Gilbreths sebaik titik awal muncul, tumbuh dan berkembangnya
disiplin tersebut yang kemudian mampu memperkaya kazanah ilmu keteknikan yang
ada. Disamping kedua tokoh ini, arah dan pertumbuhan disiplin teknik industri
yang diwarnai oleh hasil kerja pionir-pionir lainnya seperti Henry Gantt
(Bar/Gantt Charts), Harington Hemorson Meskipun historis perkembangan disiplin
teknik industri berangkat dari disiplin teknik mesin (mechanical engineering
dan terutama sekali sangat berhubungan erat dengan sistem manufaktur yang
proses transformasi-produksinya terjadi secara fisik; disiplin teknik industri
telah berkembang luas dalam dua dekade terahir ini. Sesuai dengan “nature”
industri yang pendefinisiannya sangat luas; yaitu mulai dari industri yang
menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) atau jasa (service), sampai ke
industri hulu/dasar yang banyak berhadapan dengan persoalan-persoalan teknis
atau industri hilir yang lebih menonjolkan aspek-aspek ekonomis pemasarannya.
Demikian juga problem yang harus dikaji oleh disiplin teknik industri yang
awal mulanya lebih terkonsentrasi ke
lantai produksi (mikro) terus melebar luas mengarah ke problem manajemen industri
(perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengndalian sistem produksi )
yang harus pula mempertimbangkan faktor sistem lingkungan dalam proses
pengambilan keputusan. Dalam hal ini disiplin teknik industri
mengkedepankan konsep sistem, analisis sistem dan pendekatan sistem dalam
setiap proses pangambilan keputusan. Disiplin teknik industri melihat segala
permasalahan industri dengan tinjauan dari aspek-aspek teknis (engineering)
maupun non teknis ( sosial-ekonomis). Wawasan “tekno-sosio-ekonomis” akan
mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan teknik industri dan merupakan
karakteristik yang khas dan membedakan disiplin ini dibandingkan dengan
disiplin-disiplin lainnya. Sebegitu luasnya ruang lingkup yang bisa dimasuki
untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri, bagaimanapun juga hal ini dapat
dikelompokkan kedalam 3 ( tiga) topik pokok yang menjadi landasan utama
pengembangan disiplin teknik industri.
Pertama adalah berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut
dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Studi disini akan
menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi /
nilai tambah dan aliran material yang terjadi pada sistem produksi yang terus
berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir
( finished goods output ) yang keluar dari pabrik menuju konsumen.
Topik kedua adalah berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang
dipelajari dalam hal ini akan berkaitan dengan aliran informasi yang diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut persoalan-persoalan
manajemen industri. Pendekatan kedua ini dalam disiplin teknik industri akan memerlukan
landasan yang kuat melalui penguasaan matematika, fisik dan engineering
sciences.
Selanjutnya topik ketiga cenderung untuk bergerak ke arah persoalan-persoalan
yang bersifat makro dan strategis. Persoalan yang dihadapi seringkali sudah
tidak ada lagi bersangkut-paut dengan problem yang timbul di lini produksi
(sistem produksi) ataupun manajemen produksi / industri; melainkan sudah
beranjak ke persoalan diluar dinding-dinding pabrik. Hal yang terahir inilah
yang cenderung membawa disiplin teknik industri untuk terus menjauhi
persoalan-persoalan teknis (eksak, fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di
lini sistem produksi dan bergelut dalam persoalan non-teknis yang serba
abstraktif-kualitatif.
PERAN PROFESI TEKNIK INDUSTRI DI MASA
DEPAN
Begitu Luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan
keilmuan teknik industri — walaupun begitu yang masih patut diingat kesemuanya
harus tetap berlandaskan ilmu-ilmu fisika, matematika dan sosial-ekonomis —
membawa persoalan sendiri bagi profesiona teknik industri (industrial engineer
) pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat ” what should we do and where
should we work?”.
Pertanyaan ini sebetulnya tidak mudah di jawab secara singkat, jelas dan
memuaskan mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan
yang sering dihadapi adalah bahwa seorang yang berlatar-belakang keilmuan
teknik industri sering berada dan bekerja dimana-mana mulai dari lini
operasional sampai ke lini manajerial. Seorang profesional teknik industri seringkali
membanggakan kemampuan dirinya dalam hal merancang dan mengembangkan
konsep-konsep yang berwawasan sistem dengan pendekatan yang bersifat
komperhensif-integral. Pola pikir dan pola tindak yang berwawasan sistem inilah
yang mungkin menjadi “strong basic” dari seorang profesional teknik industri
dimasapun dia berada atau bekerja. Beberapa indifidu yang sukses didalam
meningkatkan kinerja perusahaan merasakan betul bagaimana disiplin teknik
industri telah mampu menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya. Herm
Reininga — adalah President dari Collins Avionices and Comunications Division
(CACD),— USA — adalah salah satu contoh manager yang sukses membawa seluruh
aktifitas manufactuing CACD selama lebih dari satu dekade, karena latar
belakang profesi teknik industri yang dimilikinya. Pada saat ditanyakan kiat
kunci sukses yang diraihnya, Reininga menyatakan “…. The industrial engineering
dagree gave me a system that the other didn’t have. It gave me the ability to
statistically analzed products and processes” (Boggs,1997). Hal yang senada
dengan Reininga juga dinyatakan oleh susan Story — Vice President dari Albama
Power Co. — seorang yang berlatar belakang pendidikan formalnya sebagai nuclear
engineer, tetapi merasakan bahwa sukses karier yang dicapainya lebih banyak
ditunjang oleh keikutsertaanya didalam mengikuti “IE training ” pada berbagai
kesempatan yang dimilikinya. Pada saat menceritakan kiat-kiat suksesnya , Story
menyatakan antara lain ” … a background
in industrial engieenering gives you a creadibility you can’t get otherwise.
Industrial engineering combines the technical skill with the people skill and
some business-type skills that proven to be important in project management and
people management ….”(Boggs, 1996) Kiat-kiat meriah sukses didalam merintis
karier seseorang karena ilmu-ilmu TI yang dikuasai, tentunya masih banyak lagi
yang bisa diperoleh dari berbagai kisah meraih sukses seseorang. Hal tersebut
tidak hanya dijumpai di LN, melainkan bisa juga bisa dipetik dari apa yang
pernah dinyatakan oleh seorang Cacuk Sudariyanto — yang berlatar belakang
pendidikan formalnya sebagai insinyur pertambangan ITB — pada saat mendongkrak
kinerja PT. Telekomunikasi Indonesia bergerak ke arah bisnis global. Dalam
pernyataanya didepan peserta kongres dan seminar ITSMI sekitara awal tahun
1990-an dan berbagai kesempatan lainnya, Cacuk menyatakan “kekagumannya” dengan
ilmu-ilmu TI yang ternyata cukup efektif dalam memecahkan permasalahan
manajemen industri. Begitu pula bagaimana seorang Kuntoro Mangkusubroto dengan
latar belakang permasalahan yang kuat bidang operation research dan manajemen
industri lainnya mampu melepaskan PT. Timah yang nyaris ambruk sampai menjadi
sebuah perusahaan yang sehat. Meskipun pada saat itu orang belum mengenal
konsep mengenai “reegineering” , akan tetapi apa yang telah dilakukan oleh
kedua sarjana teknik tersebut betul-betul memberikan konstribusi nyata akan
peranan disiplin dan profesi teknik indusri didalam “revitalisasi” kinerka
perusahaan. Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan yang
lebih keras, tentu saja akan memberikan nuansa perubahan san pradigma baru yang
harus mampu diantisipasi oleh seorang manajer perusahaan mulai dari lini
produksi/operasional sampai ke lini penentu kebijaksanaan dan pengambil keputusan
strategis.
Menghadapi situasi semacam ini tentu saja
diperlukan seorang majer industri yang memiliki bekal kuat yang tidak saja
menguasai kemampuan-kemampuan teknis operasional (enginereering
design/processes) ; tetapi juga harus menguasai dengan baik kemampuan mengenai
persoalan manusia (human skill), selain juga kemampuan didalam memformulasikan
da melahirkan konsep-konsep baru yang secara efektif-efisien bisa memberikan
terobosan dalam memecahkan permasalahan industri yang semakin kompleks dan
penuh dengan ketidakpastian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar